Ilmu Sosial, adalah ilmu yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungannya. ( joniafandi, 2009)
Apabila menyebut kata “ekonomi”, umumnya orang sudah mengerti bahwa klata ini erat hubungannya dengan usaha. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomia. Oikos berarti rumah tangga, sedangkan nomos berarti mengatur. Jadi, arti asli oikonomia adalah mengatur rumah tangga. Kemudian, arti asli tadi berkembang menjadi arti baru, sejalan dengan perkembangan ekonomi menjadi suatu ilmu yaitu dimana pengetahuan yang tersusun menurut cara yang runtut dalam rangka mengatur rumah tangga.
Banyak ragam definisi yang dikemukakan oleh para pakar ekonomi. Akan tetapi semua definisi itu pada prinsipnya sama. Unsure penting yang patut kita perhatikan dalam penjabaran makna ilmu ekonomi adalah :
a. adanya kebutuhan manusia yang tidak terbatas
b. alat-alat pemuas kebutuhan terbatas jumlahnya
c. adanya usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya
d. penggunaan alat pemuas kebutuhan untuk berbagai tujuan bersifat alternative
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan sebaik-baiknya dalam rangka mencapai kemakmuran. Ilmu ekonomi merupakan perangkat vital bagi masyarakat untuk menetapkan langkah-langkah menuju kemakmuran.
PEMBAGIAN ILMU EKONOMI
1. Ekonomi Teori
Ekonomi teori merupakan kumpulan teori-teori di bidang ekonomi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan kebijakan ekonomi untuk kepentingan masyarakat. Ekonomi teori merupakan kerangka konsep. Kerangka seperti ini berasal dari data-data konkret yang disusun, diolah, serta diuji coba sehingga akhirnya membentuk asumsi yang bersifat umum. (Rhemine, 2010)
2. Ekonomi Deskriftif
Ekonomi deskriftif menggambarkan keadaan ekonomi dalam bentuk angka-angka. Caranya adalah dengan mencatat atau mendafatarkan peristiwa-peristiwa ekonomi sehingga keadaan ekonomi itu tertulis dalam bentuk angka-angka. Melalui analisis terhadap hubungan dan perbandingan tadi, dapatlah diramalkan keadaan yang mungkinterjadi di masa dating. (Rhemine, 2010)
3. Ekonomi Terapan
Ekonomi terapan merupakan penggunaan teori ekonomi pada masalah-masalah ekonomi tertentu. Dalam ekonomi terapan kita dapat melihat manfaat langsung teori ekonomi itu dalam kehidupan sehari-hari. (Rhemine, 2010)
4. Ekonomi Mikro
Ekonomi mikro menunjuk pada telaah cara bekerjanya sistem ekonomi yang dilakukan secara particular. Obyek material ekonomi mikro adalah individu per individu atau perusahaan satu per satu. Dari sudut individu misalnya perilaku konsumen dan selera konsumen. Sedangkan dari sudut perusahaan misalnya ongkos perusahaan, produksi perusahaan, penawaran dari perusahaan atau permintaan dari perusahaan, pasar, dan harga. (Rhemine, 2010)
5. Ekonomi Makro
Ekonomi makro menunjuk pada telaah cara bekerjanya system ekonomi secara universal. Obyek material ekonomi makro dimulai dari mempelajari susunan perekonomian ari segala sudut. Apabila ekonomi makro mempersoalkan permintaan (seperti dalam ekonomi mikro), maka yang dimaksud bukan permintaan perorangan atau perusahaan tetapi permintaan masyarakat secara keseluruhan. Selanjutnya, ekonomi makro mempersoalkan pendapatan secara nasional, begitu pula produksi, konsumsi dan kesempatan kerja selalu secara menyeluruh. (Rhemine, 2010). Tampaklah bahwa obyek material (apa yang dibahas) ekonomi mikro dan ekonomi makro pada dasarnya adalah sama. Perbedaan antara keduanya terletak pada obyek formalnya (bagaimana membahasnya). (Rhemine, 2010)
Ekonomi juga difungsikan sebagai ilmu terapan dalam manajemen keluarga, bisnis, dan pemerintah. Teori ekonomi juga dapat digunakan dalam bidang-bidang selain bidang moneter, seperti misalnya penelitian perilaku kriminal, penelitian ilmiah, kematian, politik, kesehatan, pendidikan, keluarga dan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena pada dasarnya ekonomi — seperti yang telah disebutkan di atas — adalah ilmu yang mempelajari pilihan manusia. Banyak teori yang dipelajari dalam ilmu ekonomi diantaranya adalah teori pasar bebas, teori lingkaran ekonomi, invisble hand, informatic economy, daya tahan ekonomi, merkantilisme, briton woods, dan sebagainya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ekonomi)
Ada sebuah peningkatan trend untuk mengaplikasikan ide dan metode ekonomi dalam konteks yang lebih luas. Fokus analisa ekonomi adalah "pembuatan keputusan" dalam berbagai bidang dimana orang dihadapi pada pilihan-pilihan. misalnya bidang pendidikan, pernikahan, kesehatan, hukum, kriminal, perang, dan agama. Gary Becker dari University of Chicago adalah seorang perintis trend ini. Dalam artikel-artikelnya ia menerangkan bahwa ekonomi seharusnya tidak ditegaskan melalui pokok persoalannya, tetapi sebaiknya ditegaskan sebagai pendekatan untuk menerangkan perilaku manusia. Pendapatnya ini terkadang digambarkan sebagai ekonomi imperialis oleh beberapa kritikus. (http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ekonomi)
Sejarah perkembangan ilmu ekonomi
Adam Smith sering disebut sebagai yang pertama mengembangkan ilmu ekonomi pada abad 18 sebagai satu cabang tersendiri dalam ilmu pengetahuan. Melalui karya besarnya Wealth of Nations, Smith mencoba mencari tahu sejarah perkembangan negara-negara di Eropa. Sebagai seorang ekonom, Smith tidak melupakan akar moralitasnya terutama yang tertuang dalam The Theory of Moral Sentiments. Perkembangan sejarah pemikiran ekonomi kemudian berlanjut dengan menghasilkan tokoh-tokoh seperti Alfred Marshall, J.M. Keynes, Karl Marx, hingga peraih hadiah Nobel bidang Ekonomi tahun 2006, Edmund Phelps. (http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ekonomi)
Secara garis besar, perkembangan aliran pemikiran dalam ilmu ekonomi diawali oleh apa yang disebut sebagai aliran klasik. Aliran yang terutama dipelopori oleh Adam Smith ini menekankan adanya invisible hand dalam mengatur pembagian sumber daya, dan oleh karenanya peran pemerintah menjadi sangat dibatasi karena akan mengganggu proses ini. Konsep invisble hand ini kemudian direpresentasikan sebagai mekanisme pasar melalui harga sebagai instrumen utamanya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ekonomi)
Aliran klasik mengalami kegagalannya setelah terjadi Depresi Besar tahun 1930-an yang menunjukkan bahwa pasar tidak mampu bereaksi terhadap gejolak di pasar saham. Sebagai penanding aliran klasik, Keynes mengajukan teori dalam bukunya General Theory of Employment, Interest, and Money yang menyatakan bahwa pasar tidak selalu mampu menciptakan keseimbangan, dan karena itu intervensi pemerintah harus dilakukan agar distribusi sumber daya mencapai sasarannya. Dua aliran ini kemudian saling "bertarung" dalam dunia ilmu ekonomi dan menghasilkan banyak varian dari keduanya seperti: new classical, neo klasik, new keynesian, monetarist, dan lain sebagainya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ekonomi)
Namun perkembangan dalam pemikiran ini juga berkembang ke arah lain, seperti teori pertentangan kelas dari Karl Marx dan Friedrich Engels, serta aliran institusional yang pertama dikembangkan oleh Thorstein Veblen dkk dan kemudian oleh peraih nobel Douglass C. North. (http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ekonomi)
Metode Penelitian Ilmiah Ilmu-ilmu Sosial khususnya Ilmu Ekonomi
Pada dasarnya metode penelitian ilmiah untuk ilmu-ilmu sosial dapat dibedakan menjadi dua golongan pendekatan, yaitu: (1) pendekatan kuantitatif; (2) pendekatan kualitatif. (http://heru.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4758/Gabungan.doc)
1. Pendekatan Kuantitatif
Landasan berpikir dari pendekatan kuantitatif adalah filsafat positivisme yang dikembangkan pertama kali oleh Emile Durkheim (1964). Pandangan dari filsafat positivisme ini yaitu bahwa tindakan-tindakan manusia terwujud dalam gejala-gejala sosial yang disebut fakta-fakta sosial. Fakta-fakta sosial tersebut harus dipelajari secara objektif, yaitu dengan memandangnya sebagai benda, seperti benda dalam ilmu pengetahuan alam. (http://heru.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4758/Gabungan.doc)
Caranya dengan melakukan observasi atau mengamati sesuatu fakta sosial, untuk melihat kecenderungan-kecenderungannya, menghubungkan dengan fakta-fakta sosial lainnya, dengan demikian kecenderungan-kecenderungan suatu fakta sosial tersebut dapat diidentifikasi. Penggunaan data kuantitatif diperlukan dalam analisa yang dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya demi tercapainya ketepatan data dan ketepatan pengguna model hubungan variabel bebas dan variabel tergantung (http://heru.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4758/Gabungan.doc)
ilmu ekonomi telah mengembangkan serangkaian metode kuantitatif untuk menganalisis fenomena ekonomi. Jan Tinbergen pada masa setelah Perang Dunia II merupakan salah satu pelopor utama ilmu ekonometri, yang mengkombinasikan matematika, statistik, dan teori ekonomi. Kubu lain dari metode kuantitatif dalam ilmu ekonomi adalah model General equilibrium (keseimbangan umum), yang menggunakan konsep aliran uang dalam masyarakat, dari satu agen ekonomi ke agen yang lain. Dua metode kuantitatif ini kemudian berkembang pesat hingga hampir semua makalah ekonomi sekarang menggunakan salah satu dari keduanya dalam analisisnya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ekonomi)
2. Pendekatan Kualitatif
Landasan berpikir dalam pendekatan kualitatif adalah pemikiran Max Weber (1997) yang menyatakan bahwa pokok penelitian sosiologi bukan hanya gejala-gejala sosial, tetapi juga dan terutama makna-makna yang terdapat di balik tindakan-tindakan perorangan yang mendorong terwujudnya gejala-gejala sosial tersebut. Oleh karena itu, metode yang utama dari Max Weber adalah Verstehen atau pemahaman (jadi bukan Erklaren atau penjelasan). Agar dapat memahami makna yang ada dalam suatu gejala sosial, maka seorang peneliti harus dapat berperan sebagai pelaku yang ditelitinya, dan harus dapat memahami para pelaku yang ditelitinya agar dapat mencapai tingkat pemahaman yang sempurna mengenai makna-makna yang terwujud dalam gejala-gejala sosial yang diamatinya. (http://heru.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4758/Gabungan.doc) Dalam ilmu ekonomi, metode kualitatif juga sama berkembangnya terutama didorong oleh keterbatasan metode kuantitatif dalam menjelaskan perilaku agen yang berubah-ubah.
Landasan epistemologi ilmu ekonomi
Tapi bagaimana “hukum-hukum” tersebut tercipta? Apa landasannya? Melalui intuisi keteraturan sebab-akibat dalam fenomena ekonomi—seperti dalam fenomena ilmu alam--dapat diamati dan diakui. Tapi ”fenomena” ekonomi adalah hasil pilihan/keputusan/tindakan miliaran individu bebas. Bukankah mustahil semua individu ini mematuhi keteraturan hukum-hukum tersebut, sebab bukankah mereka bebas melakukan pilihan masing-masing? Keberatan-keberatan fundamental seperti itu dialami para teoris dan filosofer selama dua abad terakhir. (Syahdan, 2007)
Landasan epistemologi ilmu tersebut dan ciri-cirinya dipertanyakan dan hampir tidak ada pemikiran ekonomi yang mau atau mampu menjawab hal-hal fundamental tersebut secara memuaskan. Satu, jika bukan satu-satunya, aliran pemikiran ekonomi yang secara konsisten menaruh perhatian dan memberi tilikan mendalam terhadap kerangka filosofis tersebut adalah mazhab pemikiran Austria, terutama lewat pemikiran eksponen abad duapuluh seperti Mises dan Hayek. Tentu, kontribusi-kontribusi mazhab-mazhab sebelumnya dalam konstruk teoritis mereka tidak patut dinafikan. (Syahdan, 2007)
Epistemologi ilmu ekonomi dalam pemahaman Austrian berangkat dari aksioma dasar tentang manusia sebagai individu yang bertindak untuk suatu tujuan (end) yang dipilihnya, yang untuk itu manusia harus dapat menentukan dan menggunakan cara (means) yang juga harus dipilihnya, sebab cara sebagai sumber daya tidak selalu tersedia secara given, dan waktu yang juga sumber daya manusia terbatas sifatnya. Uraian lengkap tentang hal ini disampaikan Mises dalam adikaryanya, Human Action. Singkatnya, ilmu ini ternyata berawal dan berakhir dari preferensi dan penilaian manusia. (Syahdan, 2007)
Jaminan Obyektivitas Ilmu Ekonomi
Penelitian-penelitian dalam ilmu sosial dapat dikatakan obyektif jika dilihat metode apa yang digunakan.
Dalam kerangka ini, fokus perhatian terletak pada cara sistematik manusia dalam memodifikasi ekspektasi dan pengetahuannya sesuai dengan pengalaman ekonomi dan perubahannya. Berubahnya pengalaman ekonomi memengaruhi aturan main dalam menentukan tujuan dan pilihan. Pengalaman ekonomi mengajarkan individu-individu ini melalui ketepatan dan kesalahan dalam penilaian; dan memungkinkan mereka menangkap peluang baru di masa depan atas sesuatu yang belum ada atau belum pernah terpikirkan sebelumnya. Teori ekonomi dalam kerangka analitik ini mampu memberi manusia pemahaman tentang bagaimana perubahan-perubahan eksogen dalam keterbatasan sumber daya, pengetahuan teknis, dan preferensi individu mengubah fenomena pasar secara sistematis, dan juga menentukan jalannya proses produksi dan pola alokasi sumber daya. (Syahdan, 2007)
Walaupun dalam ilmu pengetahuan alam (sains) metode ilmiah menekankan metode induktif guna mengadakan generalisasi atas fakta-fakta khusus, dalam rangka penelitian, penciptaan teori dan verifikasi, tetapi dalam ilmu-ilmu sosial, baik metode induktif maupun deduktif sama-sama penting. Walaupun fakta-fakta empirik itu penting peranannya dalam metode ilmiah namun kumpulan fakta itu sendiri tidak menciptakan teori atau ilmu pengetahuan (Suparlan P., 1994). Jadi jelaslah bahwa ilmu pengetahuan bukan merupakan kumpulan pengetahuan atau kumpulan fakta-fakta empirik. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan karena fakta-fakta empirik itu sendiri agar mempunyai makna, fakta-fakta tersebut harus ditata, diklasifikasi, dianalisis, digeneralisasi berdasarkan metode yang berlaku serta dikaitkan dengan fakta yang satu dengan yang lain. (http://heru.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4758/Gabungan.doc)
Dalam ilmu-ilmu sosial prinsip objektivitas merupakan prinsip utama dalam metode ilmiahnya. Hal ini disebabkan ilmu sosial berhubungan dengan kegiatan manusia sebagai mahluk sosial dan budaya sehingga tidak terlepas adanya hubungan perasaan dan emosional antara peneliti dengan pelaku yang diteliti. (http://heru.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4758/Gabungan.doc)
Untuk menjaga objektivitas metode ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial berlaku prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Ilmuwan harus mendekati sasaran kajiannya dengan penuh keraguan dan skeptis.
b. Ilmuwan harus objektif yaitu membebaskan dirinya dari sikap, keinginan, kecenderungan untuk menolak, atau menyukai data yang dikumpulkan.
c. Ilmuwan harus bersikap netral, yaitu dalam melakukan penilaian terhadap hasil penemuannya harus terbebas dari nilai-nilai budayanya sendiri. Demikian pula dalam membuat kesimpulan atas data yang dikumpulkan jangan dianggap sebagai data akhir, mutlak, dan merupakan kebenaran universal(http://heru.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4758/Gabungan.doc)
Sedang pelaksanaan penelitian yang berpedoman pada metode ilmiah hendaknya memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Prosedur penelitian harus terbuka untuk diperiksa oleh peneliti lainnya.
b. Definisi-definisi yang dibuat adalah benar dan berdasarkan konsep-konsep dan teori-teori yang sudah ada/baku.
c. Pengumpulan data dilakukan secara objektif, yaitu dengan menggunakan metode-metode penelitian ilmiah yang baku.
d. Hasil-hasil penemuannya akan ditentukan ulang oleh peneliti lain bila sasaran, masalah, pendekatan, dan prosedur penelitiannya sama.
(http://heru.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4758/Gabungan.doc)
Kebenaran dan kepastian Ilmu Ekonomi
Semakin dekat suatu bidang ilmu dengan pengalaman manusia seutuhnya maka semakin besar kesatuan subjek-objek, dan semakin besar peran subjek dalam kesatuan yang hidup itu. Jadi evidensi dan kepastian diwarnai oleh subjektivitas yang membangun. Dilandasi hubungan timbal-balik antara Subyek & Obyek. Evidensi objek dialami oleh subjek secara mendalam berdasarkan kesatuan. Evidensi objek ditandai subjek , bahkan ikut ditentukan oleh subjek dalam menafsirkan data objek. Mutu kepastian sangat meyakinkan & tinggi, sekaligus pribadi sehingga kepastian besifat bebas. Berbagai asumsi meyakinkan didukung pengikut tanpa ada yang kalah dan menang. Dipengaruhi oleh keadaan masyarakat yang terikat pada keadaan & perkembangan iptek
Kesimpulan
Epistemologi Ekonomi didasarkan pada eksperimen dan observasi keteraturan sebab-akibat dalam fenomena ekonomi—seperti dalam fenomena ilmu alam--dapat diamati dan diakui. Tapi ”fenomena” ekonomi adalah hasil pilihan/keputusan/tindakan miliaran individu bebas, jadi ilmu ini berawal dan berakhir dari preferensi dan penilaian manusia. Penelitian ilmiah di bidang social, termasuk ekonomi tidak bisa 100% objektif, karena harus memilih: masalah yang diteliti, segi pembahasan, tujuan penelitian, landasan pemikiran, asumsi yang akan dipakai, metode pengumpulan, & analisis data. Karena fenomena sosial sangat kompleks &multidimensional maka peneliti memilihnya sesuai minat peneliti Perbedaan pendapat mengenai objektivitas ilmu sosial, disebabkan oleh perbedaan perspektif. kebenaran dan kepastiannya sangat meyakinkan & tinggi, sekaligus pribadi sehingga kepastian besifat bebas. Berbagai asumsi meyakinkan didukung pengikut tanpa ada yang kalah dan menang.
Daftar Pustaka
- http://joniafandi-joniafandi.blogspot.com/2009_06_01_archive.htm
- Rhemine,2010, apa itu ilmu ekonomi
[http://rhemine.blogspot.com/2010/02/apa-itu-ilmu-ekonomi.]
- Syahdan, Sukasah, 2007, batas-batas nasehat ekonomi
[http://onceuponaweblog.blogspot.com/2007/05/batas-batas-nasehat-ekonomi-bag-2-tamat.html]
- http://heru.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4758/Gabungan.doc
- http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ekonomi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar