/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Senin, 04 Maret 2013

Kreatif dan Fasilitator !

Oleh : Tb. Kusai Murroh/smkn 49 jakarta

Berbicara tentang ' guru ' di jakarta dibelakangan ini hampir sama ramainya dengan membicarakan anggota dewan perwakilan rakyat. Kami cuma ingin menyampaikan sisi kreatifitas seorang guru dalam mengelola kelas sekolah. Kerna kami meyakini daya kreatifitas yang dimiliki seorang  gurulah yang dapat memposisikan siswa sebagai subyek belajar yang manusiawi. Pandangan tentang guru,
dapat dikatakan dgn kaliamat sederhana "pekerjaan yang gampang",. Guru dalam  menjalankan tugas dan fungsi pokoknya sehari-har kerap dipandang sderhana(semua orang bisa jadi guru), Seperti mulai dari datang pagi ,masuk ruang guru, duduk dan berkemas bersiap-siap  untuk menuju kelas. Setelah tibanya dikelas  seorang guru harus tampak riang dan semangat. Dengan spirit rasa senang dan penuh antusias itu guru memulai mengelola kelas yang berisi kurang atau sama dengan 40 siswa. Dalm mengelola kelas guru sedapat mungkin menggunakan lembar panduan(RPP) agar proses pengeloalaan  kelas selalu efektif dan efisien.Kegiatan itu mengabsen siswa, membuka pelajaran(memotivasi dan apersepsi; memberi pengamatan /penghayatan secara sadar ats sesuatu yang menjadi dasar/perbandingan/landasan utk menerima pelajaran baru). Menciptaka proses pembelajaran( sesuai sifat materi pelajaran) dan menutup (menilai dan penguatan) pelajaran.
Paparan kalimat tugas guru dipandang sderhana diatas  banyak dianut oleh sekelompok masyarakat yanga hanya mengerti  “ guru” tapi belum mamahi  “guru”(awam;; berpikiran semua orang bisa jadi guru). Namun ada kelompok masyarakat yang memahami guru(terpelajar;guru bisa jadi apa saja,sedangkan apa saja belum tentu bisa jadi guru serta setiap guru pasti manusi sedangkan murid belum tentu manusia) seperti  kelompok masyarakat yang berkegiatan sebagai instruktur, nara sumber,trainer,pengajar,pelatih dan kegiatan lainya yang berhubungan dengan pembelajaran. Profesi ini tentu merasakan bagaimana suasana kebatinan betapa pahit dan manisnya menjalankan profesi guru.
Berikut ini kami mau sampai beberapa cerita  dari rekan,kawan dan sahabat yang berkecimpung pada kegiatan pembelajaran:
Nadiah Mas’ula  seorang  guru ” ... dalam mengajar saya selalu membaca materi pelajaran dan pengetahuan tentang pedagogik , psikiologi pendidikan serta pengetahuan-pengetahuan yang terkait dengan kreatifitas. Kerna dengan berbekal daya kreatif  saya dapat memposisikan siswa saya sebagai subyek belajar. Seperti saya memakai hipnotis sadar (istilah kreatif  saya) dalam memotvasi siswa dalam mengajar; cara  ini saya lakukan dengan mengenali siswa dan memahami  tujuan siswa belajar. Kepribadian siswa sangat amat unik  dan sangat berbeda satu sama lainya seperti  unik dan berbedanya sidik jari setiap siswa. Dari sekian banyaknya keunikan siswa diantaranya siswa ceria, pemurung,rajin bicara,males bicara dan suka usil  serta masih banyak lagi yang tidak mungkin bisa disebutkan detil dan rincinya. Tujuan siswa belajar di sekolah yang dia pilih diantaranya adalah ada yang ingin bekerja, ingin kuliah dan isi waktu selama nunggu pernikahan. Dengan berdasarkan pada pemahaman kepribadian dan tujuan belajar siswa, saya memakai pendekatan personal yang persuasif dalam menyampaikan kata-kata imajinasi(istilah dalam kreatif saya) yang terangkai dlam kalimat edukasi. Seperti  saya menemukan persoalan belajar pada siswa “ sering tidak masuk sekolah “.  Maka saya mencari tau tentang pemahaman saya atas siswa itu; baik pribadinya maupun tujuan bersekolahnya, setelah itu saya pilih cara yang tidak disadari siswa itu, bahwa saya menganggap hal itu penting, dengan memanggil an siswa itu untuk berdiskusi/dialog tampa menyinggung persoalan tidak masuk sekolah; kemudian saya sampaikan cerita tentang kondisi  hal-hal yang membuat siswa  gembira – cerita soal remaja dan  orang tua. Disinilah lahan kreatifitas sang guru bagaimana hal ini tersaji dengan menyenangkan. Sehinnga siswa berubah dengan kesadaran sendiri.
Dalam mengajar terkadang saya memakai  metode “ sugesti “ (istilah kreatif yang saya pakai dalam kontek mengajar) yang situasional . Sugesti  yang saya maksud adalah; kritik, teguran, marah,pujian ,peringatan dan saran. Saya selalu memakai dasar pemahaman tentang kepribadian dan tujuan siswa belajar di sekolah  serta memilih kata-kata imajinasi bernuansa sugesti (pengaruh yang dapat menggerakan hati siswa untuk berbuat.
Dari paparan diatas jelas seseorang yang memahai guru sebagi profesi tidak akan mudah percaya kepada ‘ adanya issu bahwa siswa diperlakukan dalam hal diluar kontek “pengelolaan kelas sekolah”, seperti soal pelecehan dua manusi yang berulang kali mereka berdua lakukan, yang kemudian salah satu darinya(oknum)  mengadukan sehinngga menjadi persoalan hukum bagi mereka (?), akhirnya Allahu’alam bissowab. Bro!

Redenominasi & Sanering

Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilai tukarnya. Pada waktu terjadi inflasi, jumlah satuan moneter yang sama perlahan-lahan memiliki daya beli yang semakin melemah. Dengan kata lain, harga produk dan jasa harus dituliskan dengan jumlah yang lebih besar. Ketika angka-angka ini semakin membesar, mereka dapat memengaruhi transaksi harian karena risiko dan ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh jumlah lembaran uang yang harus dibawa, atau karena psikologi manusia yang tidak efektif menangani perhitungan angka dalam jumlah besar. Pihak yang berwenang dapat memperkecil masalah ini dengan redenominasi: satuan yang baru menggantikan satuan yang lama dengan sejumlah angka tertentu dari satuan yang lama dikonversi menjadi 1 satuan yang baru. Jika alasan redenominasi adalah inflasi, maka rasio konversi dapat lebih besar dari 1, biasanya merupakan bilangan positif kelipatan 10, seperti 10, 100, 1.000, dan seterusnya. Prosedur ini dapat disebut sebagai "penghilangan nol". Sedangkan Sanering adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai uang. Hal yang sama tidak dilakukan pada harga-harga barang, sehingga daya beli masyarakat menurun.