Apa( konsep
)Kurva Philip itu?
Philips adalah seorang ekonom London yang
meneliti perekonomian negara inggris; meneliti hubungan antara menurnnya upah pekerja(inflasi) dengan tingkat
pengangguran yang digambarkan dalam bentuk Kurva. Jadi Kurva Philips adalah kurva yang menunjukkan
hubungan antara tingkat pengangguran dengan tingkat inflasi di sebuah negara.
Menurut Kurva Philips, hubungan keduanya adalah berbanding negatif. Jadi ketika
inflasi naik(upah buruh naik), maka jumlah pengangguran turun. Dan ketika upah buruh turun/rendah( inflasi turun), maka
jumlah pengangguran naik jumlahnya. Kedua poin dalam makroekonomi ini menjadi pilihan
yang begitu rumit.
Kita ingin
menurunkan inflasi, namun di saat yang sama hal itu akan menyebabkan jumlah
pengangguran bertambah. Kita ingin mengurangi pengangguran, namun di saat yang
sama hal itu akan menyebabkan inflasi menjadi tinggi. Lalu? Pilih yang mana
dong?
Tiap negara
punya prioritasnya masing-masing (sebab pola kurva phillips tiap negara juga
berbeda-beda), meskipun kedua hal ini (inflasi maupun pengangguran) sama-sama
penting. Mau contoh?
Indonesia:
Inflation Targetting
Indonesia.
Ya, negara kita ini cenderung memilih mengatur inflasi ketimbang pengangguran.
That's why setiap tahunnya pemerintah kita lebih gencar mengumumkan target
inflasi tahun depan. Dan di akhir periode pula, keberhasilan perekonomian
selalu diukur dengan tercapainya target inflasi atau tidak. Belum pernah saya
mendengar kehebohan pemerintah kita mengumumkan target pengurangan tingkat
pengangguran di awal tahun dan mengumumkan realisasinya di akhir tahun
(meskipun laporan statistikanya memang ada). Mungkin pengangguran hanya sekedar
data statistika yang urgensinya masih kalah jauh ketimbang inflasi.
Inflasi
sebagai salah satu dinamika perekonomian adalah hal yang diprioritaskan pemerintah
sebab dampaknya langsung terasa di masyarakat. Seperti itu yang sering kita
dengar dan kita baca di berbagai media. Iya benar. Hal itu memang benar. Ketika
inflasi tinggi, maka harga-harga barang yang tinggi akan menyebabkan masyakat
kita semakin tercekik dengan sulitnya memenuhi berbagai kebutuhan pokoknya.
Singkatnya, inflasi dirasakan dalam jangka pendek dan memiliki efek langsung
(direct effect).
Lalu,
bagaimana dengan pengangguran? Pengangguran seringkali tidak menjadi prioritas
utama sebab efek pengangguran tidaklah dirasakan langsung oleh masyarakat
(indirect effect). Dampak yang ditimbulkan dari banyaknya pengangguran pun
tidak dirasakan dalam jangka pendek, melainkan dalam jangka panjang. Walaupun
demikian, jangan dianggap dampak dari melubernya pengangguran tidaklah dahsyat.
Islandia:
Unemployment Targetting
Dari apa
yang saya baca di buku The Geography of Bliss, saya menemukan kejutan bahwa
Islandia, negara yang langitnya selalu hitam kelam di musim dingin, ternyata
lebih memilih memprioritaskan mengurangi jumlah pengangguran ketimbang inflasi.
Maka jangan heran dengan harga-harga yang mahal di Islandia.
Menyarikan
dari apa yang ditulis oleh Eric Weiner, bagi mereka (warga Islandia), inflasi
merupakan cubitan kolektif. Cubitan itu dirasakan oleh semua warga negara tanpa
terkecuali. Sedangkan pengangguran adalah cubitan selektif. Cubitan yang hanya
dirasakan oleh orang tertentu saja. Bagi mereka itu adalah sebuah
ketidakadilan. Maka jangan heran, di Islandia, jika tingkat pengangguran mencapai
5%, itu dianggap skandal nasional dan presiden harus diturunkan.
---
Bagaimana
dengan Indonesia? Apa jadinya ketika unemployment targetting dijadikan
indikator untuk mengukur keberhasilan pemerintah mengendalikan perekonomian
setiap tahunnya? Mungkin nggak ada yang mau jadi presiden karena jumlah rakyat
Indonesia ada ratusan juta (yang berarti bila ada 5% jumlah pengangguran, itu
sudah termasuk dalam kategori sangat banyak). :)
( belajar online untuk berbagi kpd siswaku)
( belajar online untuk berbagi kpd siswaku)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar