Pernahkan Anda menggunakan kartu kredit pada saat membeli tahu atau tempe di pasar ? Pernah pulakah Anda membeli semangkuk bakso dengan selembar cek? Hal-hal seperti inilah yang melatarbelakangi John Maynard Keynes untuk merumuskan teori Liquidity Preference. Dalam teorinya itu, Keynes menyebutkan tiga alasan yang menyebabkan orang senang memegang uang tunai. Alasan atau motif yang dimaksud adalah motif transaksi, motif berjaga-jaga, dan motif spekulasi.
a. Motif transaksi (transaction motive)
Orang lebih suka memegang uang tunai agar transaksi-transaksi yang dilakukan dengan orang lain berjalan dengan lancar dan dapat segera dipenuhi. Transaksi-transaksi yang dimaksud adalah transaksi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik kebutuhan akan barang/jasa maupun kebutuhan yang lain.
Menurut Keynes, permintaan akan uang untuk tujuan transaksi bukan hal yang bersifat konstan, melainkan merupakan kebutuhan yang sangat dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat pelaku transaksi itu sendiri . semakin besar tingkat pendapatan masyarakat, semakin besar pula transaksi yang dilakukan masyarakat. Dengan demikian, semakin besar pula kebutuhan akan uang untuk melaksanakan transaksi tersebut.
b. Motof berjaga-jaga (precautionary motive)
Segala sesuatu di dunia ini penuh dengan ketidakpastian. Anda tidak dapat mengetahui dengan pasti peristiwa apa yang akan terjadi besok. Misalnya Anda tidak dapat menduga sebelumnya kalau hari ini akan tertimba bencana, seperti kecelakaan lalu lintas, kebanjiran atau kebakaran. Oleh karena itu setiap orang perlu berjaga-jaga karena peristiwa-peristiwa tidak terduga seperti itu kadang memerlukan sejumlah uang untuk mengatasinya. Alasan-alasan seperti inilah yang mendorong masyarakat meras perlu untuk selalu menyediakan uang tunai.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk berjaga-jaga terhadap hal-hal yang bersifat tidak pasti, semakin tinggi pula kebutuhan masyarakat akan uang tunai.
3. Motif spekulasi (speculation motive)
Spekulasi adalah pendapat atau dugaan yang tidak didasarkan pada kenyataan atau suatu tindakan yang bersifat untung-untungan. Berbekal pengetahuan memadai tentang situasi pasar di masa mendatang, spekulan (orang yang berspekulasi) berharap dapat memetik sejumlah keuntungan. Apabila kenyataan yang terjadi sesuai dugaan/perkiraan, maka keuntungan akan diperoleh.
Masyarakat berpendapatan tinggi mempunyai kecenderungan melakukan transaksi yang bersifat untung-untungan, karena berpeluang memberikan keuntungan lebih besar walaupun dengan resiko kerugian tinggi. Semakin besar keinginan masyarakat untuk melakukan spekulasi, semakin tinggi pula tingkat kebutuhan akan uang.
Makasih :)
BalasHapus